Seminar SDGs#33 diselenggarakan pada hari Rabu, 25 September 2018 di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, UGM. Diskusi mengangkat tema “Peluang dan Tantangan Implementasi SDGs di Pulau Bali” dengan menghadirkan pembicara mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan 3 Program Studi Pembangunan Wilayah Angkatan 2015. Kabupaten Badung, Bali menjadi tujuan KKL 3: Studio: PPW pada tahun 2018. Pada seminar kali ini, beberapa mahasiswa hadir menyampaikan informasi terkait kegiatan KKL 3 yang sudah mereka lakukan pada 9-13 April 2018. Informasi lebih lengkap mengenai materi dan sesi tanya jawab dipaparkan sebagai berikut :
Berita
Seminar SDGs#32 diselenggarakan pada hari Kamis, 30 Agustus 2018 di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, UGM. Diskusi mengangkat tema “Metode PILAR (Participatory Innovative Learning and Action Research) dalam Menghadapi Era Digital” dengan menghadirkan pembicara, yaitu Ki Bekti Al Kalam. Informasi lebih lengkap mengenai materi dan sesi tanya jawab dipaparkan sebagai berikut :
Salah satu syarat yang ditanamkan dalam konsep PILAR adalah kesetaraan, kebersamaan dan setia kawan. Di dunia ini seolah olah ilmu dikuasai oleh mereka yang mengemban dunia kampus, sedangkan mereka yang tidak merasakan dunia kampus merasa terbelakang. Di dalam konsep PILAR berangkat dari apa yang dipunyai, bukan sesuatu yang diada-adakan. Konsep PILAR menekankan untuk berkelompok karena berusaha membiasakan untuk berdiskusi. Workshop PILAR sendiri telah dilakukan 5x pertemuan, terakhir diadakan pada 18 Agustus 2018. Membahas tiga topik utama yaitu mendampingi 100 orang mahasiswa UNS penerima beasiswa belajar ke Taiwan
Seminar SDGs#30 diselenggarakan pada hari Kamis, 28 Juni 2018 di Ruang A 201 Fakultas Geografi, UGM. Kali ini diskusi mengangkat tema “Profesionalisme dan Kualitas Pendidikan” yang menghadirkan dua pembicara, yaitu Dr. Estuningtyas Wulan Mei (Dosen Fakultas Geografi UGM) dan Drs. Dambung Lamuara Jaya (Profesional dan Alumni Pembangunan Wilayah UGM). Informasi lebih lengkap mengenai materi dan sesi tanya jawab dipaparkan sebagai berikut :
HOST : Prof. Dr. M. Baiquni, M.A.
- Planning is a part of regional development dan tidak perlu dieksplisitkan.
- Saat ini kita telah memiliki dokumen perencanaan, tapi implementasi masih bermasalah dari penegak dan masyarakat.
- Dunia saat ini telah mengalami perubahan dan Indonesia seharusnya mengikuti perubahan tersebut dalam menyelesaikan masalah pembangunan.
- Fakultas Geografi saat ini telah mengalami perubahan, salah satunya adanya peningkatan gender equality.
- Pembangunan pendidikan saat ini cenderung monokulturisasi padahal setiap orang memiliki hasrat dan bakatnya sendiri-sendiri. Perlu adanya platform dan dehumanisasi untuk pengembangan diri dalam pembangunan dan pelaksanaan standar.
- “Setiap orang memiliki keunikan masing-masing”
PEMBICARA I : Drs. Dambung Lamuara Jaya :
SDGs#29 diselenggarakan pada hari Senin, 14 Mei 2018 di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, UGM. Kali ini diskusi mengangkat tema “Memantik Pendidikan : Menyalakan Semangat SDGs Mencetak Generasi Emas” yang menghadirkan Megarini Puspasari sebagai founder Hoshizora Foundation. Informasi lebih lengkap mengenai materi dan sesi tanya jawab dipaparkan sebagai berikut :
HOSHIZORA FOUNDATION
Berdiri sejak Mei 2006. Berkantor di Pajangan, Bantul. Berawal dari kepekaan terhadap tetangga yang mengalami kesulitan dalam membayar sekolah. Kemudian memutuskan untuk membantu tetangga dengan biaya yang berasal dari uang beasiswa yang disisihkan. Program ini menyertakan mahasiswa Indonesia lain untuk ikut menyisihkan uang yang akan digunakan untuk membantu anak-anak yang kesulitan dalam membayar sekolah. Logo hoshizora menggambarkan anak yang dapat meraih mimpinya. Hoshizora menjembatani kakak bintang dan adik bintang. Dimana setiap anak memiliki kakak yang yang membiayainya dan dapat berkomunikasi dengan anak-anak tersebut. Dengan adanya komunikasi antara kakak dan adik bintang maka akan memunculkan keinginan adik bintang untuk dapat mengikuti jejak kakaknya. Ingin anak2 dapat merasakan menembus batas impian mereka. Kakak bintang dapat mengawasi adik bintangnya melalu online dimanapun dan kapanpun. Dalam hal ini terjadi hubungan yang saling menyemangati antara kakak dan adik bitang. Kakak dan adik dapat saling menginspirasi untuk dapat terus maju dan menggapai mimpinya. Hoshizora dapat membuktikan bahwa setiap anak dapat meraih mimpinya. Dapat menjadi jembatan antara orang yang mampu dengan anak yang tidak mampu dalam membiayai kebutuhan sekolahnya. Public figure sudah mulai banyak yang memberikan perhatian terhadap hoshizora foundation ini. Ada ide untuk membangun sekolah untuk dapat lebih intens dalam membimbing anak-anak dalam menempuh pendidikannya.
SDGs#28 kali ini diselenggarakan pada hari Senin 23 April 2018 R di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, UGM. Kali ini diskusi mengangkat tema “Kembali ke Pangan Lokal Melalui Revitalisasi Pekarangan” yang menghadirkan dua pembicara, yaitu Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc., dan Prof. Dr. Su Ritohardoyo, M.A. Informasi lebih lengkap mengenai materi dan sesi tanya jawab dipaparkan sebagai berikut :
Pembahasan mengenai makanan lokal itu penting karena terdapat banyak permasalahan mengenai ketahanan pangan di Indonesia. Alasan yang dominan adalah karena berkurangnya laha pertanian. Pada saat ini, Indonesia mengandalkan sawah dan pekarangan sebagai pendukung produksi pangan lokal. Sawah di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami pergeseran produksi. Pengolahan lahan marginal pantas dilestarikan tetapi dalam tata ruang tidak. Produksi pangan sangat mengalami kemerosotan. Pekarangan masyarakat yang ditanami tumbuhan penting untuk kebutuhan sehari-hari pun juga berkurang. Pekarangan merupakan sumber protein dan karbohidrat, tetapi lama-kelamaan tergerus. Makanan manusia tidak jauh dari tempat tinggalnya. Food miles merupakan jarak dari tempat tinggal manusia hingga tempat produksi makanan tersebut. Home garden atau pekarangan bisa mengurangi food miles yang sangat jauh. Masyarakat akan dengan cepat memanfaatkan tanaman untuk makanan sehari-hari.
SDGs#27 kali ini diselenggarakan pada hari Senin, 26 Maret 2018 di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, UGM. Kali ini diskusi mengangkat tema “Geography of Food Chain” yang menghadirkan pembicara dari University of Hawai, Assoc. Prof. Krisnawati Suryanata, Ph.D. Informasi lebih lengkap mengenai materi dan sesi tanya jawab dipaparkan sebagai berikut :
Geografi of Food Chain merupakan tema yang dapat mempunyai daya tarik dengan konteksnya berupa isu-isu makanan/kuliner berikut dengan dinamikanya. Konteks yang paling sering diketahui adalah rantai makanan contohnnya dari produsen, konsumen, dan dekomposer pada makhluk hidup yang saling memakan. Dalam konteks geografi dapat dikaitkan dengan ketiga aspek tersebut adalah liniernya suatu proses produksi. Misal analoginya produksi makanan yang didapatkan dari lokal yang kemudian didistribusikan ke pasar, kemudaian sampai di suatu hunian/restoran dan dinamika dalam produksi dan distribusinya.
SDGs#26 kali ini diselenggarakan kembali pada hari Rabu, 21 Februari 2018 di Ruang A 201, Fakultas Geografi, UGM. Kali ini diskusi mengangkat tema “Gastronomi & Geografi : Kreativitas Kuliner Khas Bandung dan Jogja” yang menghadirkan dua pembicara, yaitu Dewi Turgarini, S.S., MM. Par dan Minta Harsono, M.Sc. Informasi lebih lengkap mengenai materi dan sesi tanya jawab dipaparkan sebagai berikut :
HOST/MC
Prof. M. Baiquni, M.A
NARASUMBER 1
Dewi Turgarini, S.S., MM. Par
Gastronomi Sunda Sebagai Daya Tarik Wiasata Kota Bandung
Bagi mahasiswa yang berminat mengikuti program student exchange di Warwick University, UGM telah membuka kesempatan ini dengan menjalin kerjasama dengan Warwick University. Hal ini disampaikan oleh Imran, perwakilan Warwick University untuk Asia Tenggara di Ruang Multimedia, kantor pusat UGM pada hari Selasa, 28 November 2017.
Persyaratan umum yang harus dipenuhi diantaranya adalah :
1. Mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studi 1 tahun pertama di UGM
2. Memiliki IPK min. 3,00
3. Memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik (IELTS min. 6)
SDGs#23 kali ini diselenggarakan kembali pada hari Senin, 27 November 2017 di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, UGM. Dihadiri lebih dari 100 peserta, kali ini diskusi dengan tema peran indigenous tourism dibahas dengan mengetengahkan perbandingan antara pengelolaan dua taman nasional di Indonesia dan Malaysia. Nur Widiyanto berbagi kepada para audiens sebagian kecil dari riset yang telah dilakukannya di kedua kawasan tersebut. Informasi lebih lengkap mengenai materi dan sesi tanya jawab dipaparkan sebagai berikut :
Seminar series SDGs ke-22 kali ini mengangkat tema Kepemimpinan dalam konteks Pembangunan Wilayah. Dalam sesi ini menghadirkan Prof. M. Baiquni, M.A (Kepala Departemen Geografi Pembangunan), Ainun Nurma Ramadhana (Mahasiswa Prodi Pembangunan Wilayah) dan Dimas Arief Ekananto (Mahasiswa Prodi Pembangunan Wilayah) sebagai narasumber dan Prof. Dr. R. Rijanta M.Sc. sebagai moderator. Acara dibuka dengan sambutan singkat dari moderator. Beliau memaparkan bahwa pembangunan wilayah saat ini yang sudah mengalami perubahan yang sangat signifikan dari ruang yang hanya merupakan ruang absolut menjadi ruang virtual sehingga memunculkan isu dan pendekatan yang baru, sangat pas dengan narasumber yang merupakan generasi muda mahasiswa yang baru saja menyelesaikan kuliah kerja lapangan (KKL).