Mengangkat tema review kurikulum prodi pembangunan wilayah, SDGS Forum kembali diadakan. Bertembat di Studio SDGS yang terletak di Gedung D lantai 3, SDGS kali ini ramai didatangi oleh mahasiswa dalam prodi Pembangunan wilayah sendiri, baik yang masih berstatus mahasiswa ataupun alumni. Meskipun SDGS Forum diadakan sore hari setelah jam perkuliahan selesai, antusiasme peserta tidaklah surut. Membicarakan tentang kurikulum prodi pembangunan wilayah sendiri serta mengundang pembicara dari dalam prodi membuat peserta semakin antusias dalam menyimak. Pengantar pertama dibuka oleh Prof. Dr. M. Baiquni, MA selaku ketua jurusan Geografi Pembangunan memaparkan tema SDGs Forum bulan Juni ini diangkat agar seluruh peserta dapat memberikan pendapat mengenai kurikulum yang diajarkan di dalam prodi Pembangunan Wilayah. Jenjang-jenjang antara S1,S2,S3 diharapkan saling bekerjasama terkait masa depan bersama. Saling membantu, saling bertukar ide dan pengalaman dapat menjadikan ikatan alumni dan lulusan prodi Pembangunan Wilayah semakin kuat. Kekuatan inilah yang nantinya dapat membuat lulusan dari prodi pembangunan wilayah semakin dikenal khalayak luas.
Ibu Dr. Rini Rachmawati, S.Si, M.T sebagai pembicara kedua memperkenalkan sejarah pembangunan wilayah yang dimulai dari tahun 1985 dengan nama Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Transimgrasi dan hingga sekarang telah berganti menjadi jurusan Geografi Pembangunan serta prodi yang dikenal Pembangunan Wilayah. Menekankan kompetensi yang harus dimiliki lulusan Prodi Pembangunan Wilayah yaitu Knowledge, Skill, Attitude, serta Profesional menjadikan penataan kurikulum serta mata kuliah pilihan menjadi tantangan dalam prodi. Saat ini, kembali beliau menuturkan bahwa mata kuliah yang ada menggunakan kurikulum 2012 namun akan dilakukan revisi kurikulum pada tahun 2016 dan akan diimplementasikan pada tahun 2017. Selaras dengan ibu rini, Bapak Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc menambahkan bahwa setiap lima tahun sekali telah dilakukan review kurikulum untuk menangkap perkembangan ilmu pengetahuan dan relevansinya dengan dunia nyata. Presentasi dari Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc ditutup dengan pentingnya revolusi teknologi informasi yang nyatanya saat ini dampaknya masih sebagian dipahami.
Tanggapan dari para peserta begitu antusias, sedikitnya lima peserta mengajukan pendapat serta pertanyaan terkait kurikulum serta topik SDGs. Pertanyaan terkait nama, bobot serta visi dari kompetensi geografi pembangunan menjadi pertanyaan pembuka di sesi tanya jawab dan dengar pendapat peserta. Salah seorang peserta juga mengusulkan adanya komponen teknologi dalam mata kuliah di prodi pembangunan wilayah karena pada dasarnya geografi merupakan ilmu yang cukup penting dalam dunia nyata namun seringkali terlupakan. Pertanyaan dan dengar pendapat kembali juga tak luput dari tema sustainable, bapak Dwi salah seorang peserta berpendapat bahwa pembicaraan mengenai sustainable adalah mengenai pemberdayaan serta kompetensi seorang pemimpin. Bapak Dwi juga menambahkan bahwa masyarakat memiliki peran yang sangat penting di dalam pasar bebas yang juga mempengaruhi era globalisasi. Bapak Darma dari kacamata pemangku kebijakan berpendapat terkait penghidupan berkelanjutan cara berfikir yang ada juga haruslah spasial. Ketika dahulu pembangunan berbasis masalah dan upaya pemecahan masalah namun era modern diwarnai dengan basis manusia, alam, dan finansial. Selaras dengan bapak dwi, beliau juga menambahkan bahwa People Center Development tidak mengandalkan pemerintah tetapi kekuatan yang ada di masyarakat.