Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada telah menyelenggarakan seminar bulanan Sustainable Development Goals Seminar Series (SDG’s Seminar Series) yang ke #69 tanggal 30 September 2021 pukul 09.00 pagi. Seri ini termasuk dalam rangkaian Dies Natalis Fakultas Geografi UGM ke-58 dengan tema “Restorasi Karakter Pembangunan Indonesia sebagai Negara Kepulauan (Archipelagic Country)”. Seminar ini dilaksanakan secara daring dengan menggunakan media Zoom meeting, live YouTube, dan live report story Instagram. Pembicara pada seri kali ini adalah Prof. Dr. M. Baiquni, M.A. (Guru Besar Geografi Regional, Fakultas Geografi UGM), Dr. Miftahul Huda (Direktur Jasa Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI), Dr. (Cand.) Agustina Merdekawati S.H.., L.L.M. (Dosen Hukum Internasional, Fakultas Hukum UGM), dan Joash Tapiheru, M.A., Ph.D. (Dosen Politik Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM). Moderator SDGs #69 oleh Agung Satriyo Nugroho, S.Si. M.Sc. (Dosen Prodi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi UGM). Host seminar adalah Dr. Geog. Dodi Widiyanto, S.Si., MRegDev. (Ketua Prodi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada).
Sesi pertama pemaparan dibuka oleh Prof. Dr. M. Baiquni, M.A. yang memaparkan terkait relevansi dan pentingnya paradigma archipelago. Setiap pulau memiliki karakter yang berbeda sehingga dalam pembangunan perlu didasarkan pada karakter dan dinamika masyarakatnya. Untuk mencapai pola pembangunan tersebut dibutuhkan perencanaan berdasarkan pada karakter dan ekosistem pulau serta aspirasi masyarakat. Keadilan sosial, keadilan spasial, dan keadilan ekologis merupakan manifestasi dari karakter kita untuk membangun dan mengelola negara kepulauan. Sifat diskriminatif dan eksploitatif tidak boleh ada dalam interaksi di negara kepulauan, dibutuhkan adanya interaksi yang komplementer atau saling melengkapi.
Dr. Miftahul Huda. pada sesi kedua menjelaskan mengenai pengembangan kawasan laut. Laut memiliki fungsi dan peran yang saling berkaitan satu sama lain yaitu ekologi, keamanan dan pertahanan, penelitian dan pendidikan, rekreasi dan spiritual, serta ekonomi sehingga memunculkan berbagai permasalahan. Maka pendekatan yang memungkinkan yaitu pengembangan kawasan laut. Model yang dikembangkan yaitu Integrated Coastal and Ocean Management (ICOM). ICOM juga terkait dengan pembangunan untuk memenuhi masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sehingga kaidah ekologis, sosekbud, sosial politik, dan hukum/kelembagaan menjadi satu sebagai framework penyusunan kebijakan. Integrasi ruang laut dan ruang darat dimanifestasikan dalam tata ruang yang terintegrasi sesuai dengan konsep negara kepulauan.
Disampaikan oleh Dr. (Cand.) Agustina Merdekawati S.H., L.L.M. pada sesi ketiga mengenai upaya percepatan dan pemerataan pembangunan di Indonesia melalui penerbitan regulasi daerah kepulauan. Konsep negara kepulauan penting untuk memahami konteks negara kepulauan, dampaknya, serta hal yang selanjutnya harus dilakukan. Penyelenggaraan pemerintah daerah saat ini cenderung berorientasi pada pembangunan daratan sehingga belum mampu mewujudkan keadilan pemerataan melalui pelayanan publik, pembangunan ekonomi, dan perlindungan sosial bagi masyarakat daerah kepulauan. Hal yang perlu diregulasi yaitu terkait dengan kesepakatan kriteria yang harus dipenuhi, kesepakatan keleluasaan kewenangan khusus, kesepakatan mekanisme pendanaan, dan kesepakatan kebijakan khusus dalam pembangunan.
Pemaparan terakhir pada sesi keempat diberikan oleh Joash Tapiheru, M.A., Ph.D. mengenai karakter kemaritiman sebagai tantangan metagovernance. Perlu dilakukan penyeimbangan pandangan positivisme dan pandangan alternatif guna menyeimbangkan dominasi dari pandangan konservatif. Mengenai kebijakan yang sudah menjadi kesepakatan dan kebijakan kedepannya perlu memperhatikan dimensi etis yaitu kesiapan dan kesadaran untuk terus berkembang. Namun, perlu ada satu titik untuk segera ditetapkan dan berani meneguhkan bahwa Negara Indonesia sebagai negara kepulauan dengan karakter pembangunan dan identifikasi wilayahnya yaitu daerah kepulauan. Perlu diperhitungkan juga adanya impact yang kita kehendaki dan impact yang kita antisipasi.
Sesi terakhir pada diskusi ini merupakan sesi diskusi interaktif dari peserta yang terdiri tidak hanya dari unsur mahasiswa, tetapi juga dosen dari berbagai Perguruan Tinggi baik negeri dan swasta di seluruh Indonesia, Pemerintah, private sector serta masyarakat umum.
Terima kasih banyak kami haturkan kepada Bapak/Ibu yang telah berkenan hadir dalam SDG’s Seminar Series. Sekaligus mengundang Bapak/Ibu untuk berkenan hadir kembali dan mengajak kolega pada SDG’s Seminar Series berikutnya dengan tema dan bahasan yang tidak kalah menarik. Terus ikuti perkembangan kami melalui:
- YouTube SDGs Seminar Series Fakultas Geografi UGM http://bit.ly/SDGsSeminarSeriesFakultasGeografiUGM
- Instagram: @sdgsseminarseries
- Website: sdgs.geo.ugm.ac.id
- Medium Citrakara Mandala: Seminar SDG’s Series
Salam SDG’s
(Sumber : Panitia SDGs Seminar Series)