Seminar SDGs#33 diselenggarakan pada hari Rabu, 25 September 2018 di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, UGM. Diskusi mengangkat tema “Peluang dan Tantangan Implementasi SDGs di Pulau Bali” dengan menghadirkan pembicara mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan 3 Program Studi Pembangunan Wilayah Angkatan 2015. Kabupaten Badung, Bali menjadi tujuan KKL 3: Studio: PPW pada tahun 2018. Pada seminar kali ini, beberapa mahasiswa hadir menyampaikan informasi terkait kegiatan KKL 3 yang sudah mereka lakukan pada 9-13 April 2018. Informasi lebih lengkap mengenai materi dan sesi tanya jawab dipaparkan sebagai berikut :
PEMAPARAN OLEH MAHASISWA PW 2015
- Mas Nuari:
Berdasar beberapa literatur kabupaten Badung adalah jantungnya Pulau Bali sebagai pusat perekonomian.
- Mas Alfian (Kebencanaan, Kelompok 1)
Dibimbing oleh Ibu Estuningtyas.
Bali merupakan tujuan wisata dunia yang berperan sebagai motor perekonomian dan pembangunan di Bali.
Harus memiliki kesiapsiagaan untuk mengatasi ancaman bencana tsunami.
Sesuai dengan poin sdg’s ke 13.
Dari peta diketahui bahwa Kabupaten Badung memiliki resiko kebencanaan yang besar.
Menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif. Menggunakan beberapa variabel mengenai pengetahuan akan bencana tsunami.
Mengumpulkan l75 responden dalam waktu 2 hari.
Analisis dengan deskriptif kualitatif.
Umumnya responden laki-laki. Pendidikan responden umumnya lulusan SMA dan di usia produktif.
Persepsi yang didapatkan adalah persepsi netral, dalam rata-rata. Pelaku wisata tidak terlalu takut terhadap bencana tsunami. Berkaitan dengan kepercayaan penduduk Badung bahwa daerahnya sudah dilindungi oleh Dewa kepercayaan mereka.
Pengetahuan wisatawan terhadap tsunami sudah tinggi.
upaya mitigasi bencana berupa mitigasi struktural maupun nonstruktural.
Pengetahuan wanita mengenai ancaman bencana tsunami menunjukkan persepsi negatif.
Beberapa desa belum memiliki mitigasi struktural yang lengkap.
- Mba Aisah Tri wahyuni (kel 2, Smart Regency)
Masyarakat Badung masih mengintegrasikan manusia tuhan dan alamnya.
Masyarakat yang dipilih sebagai responden berasal dari desa kuta. Desa kuta adalah desa yang paling siap dalam sisi infrastruktur dan fasilitas.
Menggunakan teknologi informasi untuk mengambil sampah2 di desa mereka.
Ternyata ketersedian layanan berbasis ICT dengan menyamakan sistem yang sama pada umumnya.
Aplikasi pelayanan yang paling dominan adalah regency government-nya.
Sosialisasi terkait smart regency belum banyak di dengar dari masyarakat.
Diharapkan sosialisasi dari pemerintah lebih digencarkan. Mereka menginginkan adanya erjasama untuk mewujudkan adanya dimensi dari smart city itu sendiri.
Mereka dituntut aktif untuk memberikan opini.
Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui pengaplikasian dari smart regency tersebut. Perlu adanya peningkatan kualitas SDM.
- Mas Deon Anggada (Kel 3, Pariwisata)
Latar belakang mengambil kajian ini adalah berdasarkan SDG’s poin 8,12,14.
Kabupaten Bandung memberikan sumbangsih terbesar di Pulau Bali.
Masyarakat ini menganut konsep Tri Hita Karana.
Pariwisata di Badung terbagi menjadi 3 yaitu Utara, Tengah dan selatan.
Implementasi kebijakan pariwisatadi Badung diukur dengan 4 variabel.
Sudah menggunakan konsep one island one management.
Objek pariwisata pertama adalah Alas Pala Sangeh. Sebelumnya sudah mereview dari jurnal, berita maupun majalah, disana sudah menunjukkan bahwa tempat menuju terkenal. Kemudian objek lain seperti Pantai Kuta ketika di lapangan ditemukan bahwa pantai Kuta masih di dalam tahap development.
Kualitas pelayanan objek sudah menunjukkan kondisi yang cukup baik.
Pariwisata memberikan dampak positif maupun negatif. Hal ini didominasi oleh pengaruh budaya asing yang masuk.
- Mas Nofian Agatha (Kel 4, Alih Fungsi Lahan Subak)
Wilayah kajian merupakan kecamatan
Menginterpretasi citra google earth.
Pembangunan di daerah ini dimulai dari dibangunnya bandara I Ngurah Rai Bali, kemudian terjadi migrasi besar-besaran.
Banyak masyarakat yang menyewakan lahan atau menjualnya yang digunakan untuk sektor pariwisata, dinilai lebih menguntungkan.
Terdapat area dimana penggunaan lahannya mulai berubah.
Berdasarkan pengamatan, faktor utama yang membuat perubahan ini adalah pemilik lahan sendiri.
Pemerintah kabupaten badung mengizinkan para investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Badung.
Lama kelamaan pembangunan pariwisata ini membuat masyarakat merasa terpinggir. Maka kemudian masyarakat meminta untuk ikut andil dalam pengembangan dalam sektor pariwisata.
Pelayanan umum tidak berpengaruh secara signifikan.
SESI TANYA JAWAB
- Bima PW 18
Maksud dari dampak negatif komersialisasi kebudayaan itu bagaimana?
- Mas Dimas PW 15
Banyak mengkaji daerah bagian selatan. Contoh ketimpangan yang terjadi antara wilayah selatan dengan utara? Apakah ada ketimpangan?
- Mas Muharrik PW 15
Pariwisata itu untuk siapa? Untuk masyarakat atau sang pemilik modal besar? Bagaimana strategi pariwisata untuk mendukung perkembangan masyarakat disana?
- Mas Nanung
Bagaimana konteks sdg’s perekonomian dapat terdistribusi merata ke seluruh wilayah bali? Hal positif secara ekonomi, infrastruktur dan lainnya?
- Bu Nina akademi pariwisata
Apa prinsip yang didapat dari masyarakat bisa berdampak ekonomi yang postif? Bagaimana dilihat dari sisi2 yang lain? apakah antara penawaran dan permintaan sudah sama?
JAWABAN
- Mas Nuari: menjawab penanya pertama
Budaya bali yang diketahui sebagai ikonnya pariwisata Bali sebenarnya memiliki nilai2 sakral bagi masyarakat Bali itu sendiri. ada tingkat kepercayaan tertentu. Kepercayaan itu semakin luntur karena fungsibudaya itu hanya sebagai ikon.
Menjawab Mas Dimas: memang dibatasi di Kabupaten Badung. Kawasan utara di fokuskan untuk kawasan pertanian. Lebih ditujukan sebagai ekowisata lingkungan. Bagian selatan khusus untuk pariwisata. Ada potensi wisata pantai. Maka dikembangkan oleh pemerintah bali untuk sektor pariwisata. Bagian atas, masyarakat belum merasakan ketimpangan.
- Mas Priya
Wisatawan memilih untuk tinggal di Badung. Sehingga di Badung terdapat banyak hotel dan penginapan lainnya. Bali mengalami penurunan kualitasnya. Banyaknya pendatang membuat kulalitas lingkungan juga menurun.
Dibandingkan dari daerah lain, tidak banyak juga yang mempertahankan aspek kebudayaan. Seperti aspek secara spiritual di kehidupan sehari-hari. Apakah pulau Bali juga memberikan berkah terhadap pulau yang lain?