SDGs#26 kali ini diselenggarakan kembali pada hari Rabu, 21 Februari 2018 di Ruang A 201, Fakultas Geografi, UGM. Kali ini diskusi mengangkat tema “Gastronomi & Geografi : Kreativitas Kuliner Khas Bandung dan Jogja” yang menghadirkan dua pembicara, yaitu Dewi Turgarini, S.S., MM. Par dan Minta Harsono, M.Sc. Informasi lebih lengkap mengenai materi dan sesi tanya jawab dipaparkan sebagai berikut :
HOST/MC
Prof. M. Baiquni, M.A
NARASUMBER 1
Dewi Turgarini, S.S., MM. Par
Gastronomi Sunda Sebagai Daya Tarik Wiasata Kota Bandung
Apresiasi terhadap Indonesia akan rempahnya yang sangat mewarnai gastronomi di dunia. Melalui Gastronomi Indonesia kita dapat mengembalikan fitrah sebagai orang Indonesia yang mencakup sosial, budaya, politik, dan pariwisata.
Target Indonesia sampai 2019 adalah menarik wisatawan sebanyak 12 juta wisman. Dimana pelestarian budaya benar-benar berdampak positif khususnya menyelamatkan masyarakat dimana salah satu medianya adalah pariwisata.
Minimal terdapat lima kuliner khas di tiap daerah yang mempunyai makna yang sangat filosofis di tiap daerah.
Tahap pengembangan Ekosistem wisata kuliner terdiri atas
- Kesiapan karakter pariwisata
- Produk dan layanan pariwisata
- Pendukung sector pariwisata
- Pendukung system pariwisata
Kuliner mempunyai sejarah yang berbeda-beda, makna, dan kaitannya terhadap kehidupan manusia khususnya pola hidup. Wisatawan yang datang tidak terlepas dengan keberadaan kuliner di suatu negara/wilayah. Harapannya wisatawan dapat merasakan pengalaman lebih dengan kuliner Indonesia sehingga akan benar-benar membekas bagi wisatawan.
Gastronomi juga mempelajari bagaimana ilmu makan yang baik. Berikut dengan pengolahan, tren, penyajiannya. Pembentukan wilayah proklamator gastronomis mempunyai kriteria-kriteria tertentu untuk eksistensi kuliner.
Gastronomi Sunda :
Kota Bandung merupakan kota pusat pemerintahan di zaman Hindia-Belanda dimana masih banyaknya artefak-artefak dan pengaruhnya terhadap gastronomi di Bandung. Kekuatan etnik Sunda sangat membantu dalam menarik wisatawan ke kota Bandung. Kota Bandung secara etnis merupakan satu-satunya tujuan rekreasi dan kuliner, brand kuat sebagai kota kembang dan Paris van java serta wisata belanja. Wisata Heritage/sejarah yang berjumlah banyak pun juga menjadi daya tarik wisatawan. Selain itu daya Tarik lainnya adalah harga yang relative murah, banyaknya acara, pusat belanja terutama tekstil yang sudah ada sejak zaman Belanda serta wisata outbond. Foodscape kota bandung belum dapat memenuhi di kotanya sendiri.
Aktivitas wisatawan di kota Bandung yaitu :
- Melihat landscape di Bandung. Walaupun bekas danau namun dekat dengan banyak tempat wisata.
- Kuliner Sunda yang dinikmati walaupun fastfood juga tetap dinikmati. Juga banyak sekali makanan-makanan kreatif di Bandung yang menarik untuk dicoba.
- Memenuhi kebutuhan hobi tiap wisatawan seperti berswafoto
- Mencari suasana damai (jalan-jalan) dan meditasi
- Banyaknya komunitas-komunitas unik di bandung
- Wisata religi, spriritual, dll
Paling banyak keberadaan rumah makan berada di Bandung Tengah. Namun keberadaan rumah makan sunda cukup memprihatinkan. Penilaian terhadap makanan sunda seharusnya dilakukan berdasarkan cita rasa yang baik, variasi makanan, kesegaran sayuram, kualitas makanan. Namun saat ini alasan gengsi untuk mengonsumsi makanan sunda dan keinginan mencoba pengalaman terbaru menjadi penyebab utama berkembangnya masakan sunda. Kepedulian terhadap pangan sunda cenderung biasa saja dan tidak terlalu peduli baik wanita maupun pria. Para pemilih lebih peduli lebih berpengaruh dari aspek kewarganegaraan dan strata perekonomian/pendapatan/level pengeluaran masyarakat, kebersihan, cara penyajian dan kesehatan.
Terdapat banyak budaya tata boga sehingga sangat berperan dalam gastronomi sunda walau belum diinventarisasi sehingga masih diperlukan penggalian tentang gastronomi kota Bandung. Ancaman foodscape di bandung adalah kuliner modern yang khas dari negara lain karena Bandung merupakan kota metropolitan dan lokasinya dekat dengan Jakarta.
Keunikan masakan sunda adalah terdapat 250 jenis menu dengan bahan baku lokal. Uniknya kota Bandung cukup banyak mendatangkan bahan-bahan baku makanan bahkan sampai impor dari Tionghoa. Komoditas yang paling utama disuplai dari kota Bandung adalah sayuran sedangkan bumbu-bumbu, daging, dan buah-buahan lebih banyak didatangkan dari luar Bandung.
NARASUMBER 2
Minta Harsono M.Sc
Tren wisatawan Jogja yang jumlahnya naik juga membuat banyaknya investasi yang ditanam di Indonesia yang terkadang memberi pergeseran pasar dari wilayah yang seharusnya. Pemasukan dari pengeluaran untuk wisata di Jogja lebih tinggi di Kota Yogyakarta dan paling kecil di Kulonprogo yang pengeluaran utamanya dari aspek penginapan dan kuliner tidak termasuk oleh-oleh. Makanan merupakan elemen penting dalam berwisata dan merupakan faktor untuk berekreasi.
Wisata kuliner ekstrim yang terkadang membuat takut para wisatawan dan faktor para media makanan yang tidak mengerti dengan cara membuat makanan terkait untuk dipilih. Kuliner merupakan bagian dari culture heritage. Daya Tarik kuliner harus dilihat dari identitas dan karakternya. Untuk menghidangkannya sangat perlu dilihat dari filosofinya sehingga tidak memunculkan value yang tidak diinginkan
Varian food tourism :
- Rural/urban tourism : berkunjung bukan tujuan utamanya untuk kuliner
- Culinary tourism : wisata kuliner
- Gastronomi : mempelajari tentang kuliner secara serius
Makanan tradisional Jogja terdiri atas kudapan dan jajanan, makanan utama dan minuman.
Problema yang dietmui untuk kelestarian makanan tradisional adalah tidak adanya data kuno untuk dipelajari kembali. Sehingga lebih sering memakai resep baru. Data kuno tersebut biasanya ditemui di berbagai relief, kitab, prassasti, dan peninggalan-peninggalan kuno.
Kendala pengembangan wisata kuliner :
- Pengembangan yang cenderung seperti negara lain sehingga tidak khas/unik
- Kurang mampu menciptakan model pembangunan yang otentik dan menarik dr sumber makanan tradisional
- Perlu dikembangkannya dan menumbuhkan daya Tarik otensitik dan dukungan budaya dalam makanan tradisional.
Strategi pengembangan wisata kuliner :
- Identifikasi makanan tradisional
- Memetakan menu
- Merencanakan kegiatan
- Mencanangkan branding makanan untuk daya Tarik.