Peran perempuan dalam pengelolaan lingkungan maupun lini kehidupan lainnya sangat penting. Dalam SDGs, perempuan dan perannya dinilai sebagai aset yang sangat berharga. Sudah banyak cerita sukses pengelolaan lingkungan yang diinisiasi oleh komunitas perempuan. Tentu bukan hal yang mudah mendirikan komunitas dari nol lalu konsisten melakukan aksi nyata. Setiap hal yang dilakukan memiliki harapan akan membawa manfaat tidak hanya pada aspek lingkungan tapi secara luas memberikan perubahan yang lebih baik pada kondisi sosial dan ekonomi sekitar. SDGs forum kali ini membahas tentang pemberdayaan perempuan di desa. Begitu banyak hal sederhana yang membumi tapi memberikan manfaat global yang bisa kita contoh dari komunitas perempuan di desa. Mari belajar bersama dari sosok-sosok perempuan inspiratif di sekitar kita!
***
Notulensi SDGs kali ini disampaikan sebagai berikut :
SDGs #16
Tema
Rural Women Empowerment
Tanggal/Pukul
Kamis, 28 April 2017 2017/15.30-17.30
Tempat
Laboratorium GRI, Fakultas Geografi
Pembicara
Sri Susilowati, S.Hut, M.Si (Ketua Srikandi Sungai Klaten)
Dr. Endah Sulistyowati, M.Si
Tina Farida Moestofa, Am.Keb
Dr. Estuning Tyas Wulan Mei, M.Si (Moderator)
PEMBUKAAN
Oleh: Dr. Estuning Tyas Wulan Mei, M.Si (Dosen Fakultas Geografi)
- Perkenalan Pembicara
- Pemaparan Srikandi Sungai secara general
ISI
Sesi 1
Oleh: Sri Susilowati, S.Hut, M.Si
“Gerakan Perempuan dan Lingkungan untuk Klaten”
Gerakan lingkungan (Gerakan PRB, Restorasi Sungai, Sekolah Gunung)
- Srikandi Sungai Klaten bermula dari gerakan restorasi sungai (Sekolah Sungai Klaten) à adanya keterpaduan semua pihak/unsur (pemerintah, masyarakat, pihak swasta, dll.
- Dimula dari Srikandi Sungai Nasional, kemudian muncul/terbentuk Srikandi Sungai Klaten (pengukuhan 1000 Srikandi Sungai Klaten)
- Sasaran Srikandi Sungai: Komunitas SS, Desa, Pasar/Toko/CFD, Sekolah, Perguruan Tinggi, Kantor, Rumah Sakit, Organisasi Wanita
- Komunitas Srikandi Sungai à hulu – hilir
Permasalahan Sampah
- Permasalahan sampah adalah masalah yang krusial
- Peran perempuan dalam pengelolaan lingkungan
- Srikandi Sungai Klaten mewujudkan sungai yang cantik, bersih, indah)
- Pengelolaan sampah dari berbagai sumber dan program puasa plastik à belanja tanpa kresek, tetapi menggunakan tas belanja
- Pendekatan program: edukasi, konservasi, ekonomi kreatif
Program Srikandi Sungai
- Melakukan edukasi tentang pengelolaan lingkungan dan sampah
Oleh: Dr. Endah Sulistyowati, M.Si
“Komunitas Peduli Sungai Poitan”
- Diawali dari kondisi Karangnongko yang memiliki budaya membuang sampah ke sungai
Permasalahan: Masyarakat tidak peduli terhadap sungai
Langkah untuk mengatasinya:
- Membentuk budaya sekolah bersih berwawasan lingkungan
- Event bersih-bersih kali pada HUT sekolah
- Koordinasi dengan pihak terkait
- Sungai Poitan menjadi sungai asuh
- Membentuk komunitas peduli Sungai Poitan
Rencana Aksi:
- Konservasi (peralihan jenis tanaman yang dibudidayakan)
- Sampah dan sanitasi
- Ekonomi kreatif (warung sehat di pinggir sungai)
- Wisata sungai
- Pentas budaya dan kesenian (melibatkan masyarakat dan pelajar)
Dampak Program Komunitas Peduli Sungai Poitan:
- Srikandi Sungai setiap sabtu arisan dilanjut bersih sungai
- Bersih mingguan bersama komunitas
- Pelatihan dan sosialisasi larangan membuang sampah dan BAB di sungai.
- Pengelolaan bank sampah
- Student goes to river
Hasil dari berbagai program:
- Sungai jadi bersih
- Muncul kegiatan perekonomian
Oleh: Tina Farida Moestofa, Am.Keb
“Pengelolaan Sampah melalui Posyandu”
- Setiap yang datang ke posyandu dipersilahkan membawa sampah
- Hasil dari penjualan sampah ditabungkan untuk posyandu
- Rekening hasil penjualan sampah juga dapat digunakan untuk pengobatan gratis
- Sampah diberi nilai harga
- Sosialisasinya dilakukan kepada ibu hamil, lansia, dan anak muda.
PERTANYAAN/TANGGAPAN
- Balai Pengelolaan Hutan
- bersih-bersih sungai sangat diutamakan
- daur ulang sampah, bagaimana persoalan manajemen pengelolaan sampah organik dan an-organik yang berbeda pengelola?
- bersih-bersih sempadan sungai dan pantai
Jawaban: di pengelolaan bank sampah tim Ibu Tina tidak ada kegiatan bagi jasa atas pengelolaan sampah, karena memang dibiasakan untuk kegiatan relawan.
Insentif pengelolaan sampah pada tim Ibu Indah, di sekolah-sekolah dengan sistem pembagian hasil penjualan sampah masing-masing 50% (untuk kas sekolah dan pengelola)
PENUTUP
Oleh: Dr. Estuning Tyas Wulan Mei, M.Si
- pemaparan SDGs
- review slogan setiap komunitas sungai
***
Sumber foto : www.joglosemar.co