Geografi sebagai ilmu multi disiplin yang seringkali di sebut sebagai mother of science banyak dipelajari di berbagai universitas di dunia. Sustainable Development Geography Seminar Series yang kedua telah sukses dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2016 sejak pukul 15.00—17.30 WIB membahas mengenai pembelajaran geografi di berbagai negara dengan tema Review dan Revisi Kurikulum Geografi Pembangunan wilayah. Seminar kali ini menghadirkan tiga pembicara yaitu Dr.Estuning Wulan Mei, M.Sc, Muhammad Kamal, MGIS, Ph.D, dan Dr.Evita Hanie Pangaribowo, MIDEC. Seminar ini membandingkan system dan kurikulum pembelajaran Geografi dari berbagai negara seperti Germany, Prancis, Amerika Latin, serta di Fakultas Geografi UGM khususnya prodi Pembangunan Wilayah.
Pembukaan dimulai dari pembelajaran di Jerman sebagai negara yang penuh dengan ide atau Land of Ideas yang dibawakan oleh Dr.Evita Hanie Pangaribowo, MIDEC. Jerman sebagai negara tujuan belajar banyak mahasiswa internasional merupakan negara dengan standar pendidikan yang tinggi yang kuat dalam ilmu-ilmu teknik, fisik, kimia, automotive, nuklir, makanan hingga ilmu yang mempelajari manusia. Dengan system pendidikan di pendidikan tinggi yang terbagi atas Research Universities dengan didalamnya undergraduate, professional and doctoral programs kemudian Universities of Applied Sciences (Fachhochschulen) dengan practice-oriented Bachelor’s and Master’s programs dan Outstanding research institutes outside universities. Pendidikan di Jerman mengedepankan kepada inovasi yang diharapkan pasar.
Presentasi kemudian dilanjutkan oleh Dr. Estuning Tyas Wulan Mei, M.Si yang pada minggu sebelumnya berkesempatan mengikuti pertemuan mengenai pembahasan kurikulum geografi yang bertempat di Meksiko. Dalam presentasinya, dipaparkan sebagian besar sarjana geografi masuk ke dalam fakultas ilmu social dan humaniora atau dalam fakultas filsafat dan sastra. Dalam paparan beliau, penyusunan kurikulum yang paling utama adalah tujuan akhir dari lulusan yang akan dihasilkan serta tantangan yang ada berupa bagaimana program studi memberikan nuansa yang berbeda sehingga dapat menjadikannya nilai jual.
Presentasi ini menarik minat peserta dalam mengajukan pertanyaan dan pendapat. Bapak Agung sebagai peserta pertama yang mengajukan pertanyaan mengenai penerimaan masyarakat Jerman terhadap pendekatan geografi yang ada serta bagaimana teknik dan metodologi yang digunakan ketika suatu daerah berupa benua seperti Benua Eropa. Peserta lain juga mengajukan pertanyaan yang ditujukan kepada ibu estu yang kaitannya dengan prodi Pembangunan wilayah. Pertanyaan yang sering diajukan diberbagai forum diskusi pembangunan wilayah seperti lulusan pembangunan wilayah berupa planner atau geograf serta perbedaan dengan perencanaan wilayah kota kembali ditanyakan didalam forum ini. Pertanyaan lain diajukan oleh alumnus geografi yang saat itu berkesempatan hadir yaitu keberadaan kuliah kerja lapangan yang dahulu dilaksanakan hingga lima kali serta keberadaan kkl dalam kurikulum geografi di Negara Jerman. Pertanyaan tersebut dijawab dengan antusias oleh ibu Dr. Estuning Tyas Wulan Mei, M.Si dengan KKL masih diadakan namun sekarang hanya 3 kali dan dilaksanakan setahun sekali pada akhir semester genap. Bahwa lulusan Pembangunan wilayah juga dapat menjadi planner karena tergabungnya Prodi pembangunan wilayah menjadi bagian ikatan perencana Indonesia. Forum kali ini hanya menghadirkan dua pembicara karena bapak Kamal selaku pembicara ketiga berhalangan hadir dan mengisi sore hari tersebut, namun antusiasme peserta tidak surut walau sesi bulan ini hanya menghadirkan dua pembicara.